Minggu, 20 September 2015

Minasalak: Inovasi Budidaya Salak dan Budidaya Perikanan




A.  Kondisi Budidaya Salak dan Budidaya Perikanan
Pengembangan komoditas produk hortikultura merupakan salah satu aspek pembangunan pertanian. Komoditas produk hortikultura memiliki fungsi selain sebagai penghasil bahan pangan tetapi juga memiliki fungsi yang lain, yaitu: sebagai fungsi penyedia pangan, fungsi ekonomi, fungsi kesehatan dan fungsi sosial budaya (Hardana, 2012). Sesuai Renstra Kementrian Pertanian 2010-2014, sasaran pembangunan pertanian tahun 2014, salah satunya yaitu pendapatan per kapita petani sebesar 11,10 %, dengan Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai indikator kesejahteraan petani pada tahun 2014 ditargetkan berkisar antara 105-110 (tahun dasar 2007=100). Pada tahun 2013, kementrian pertanian mengambil kebijakan pembangunan pertanian dengan fokus komoditas dan lokasi dengan pendekatan pertanian, salah satu jenis yang dikembangkan pada komoditas strategis pada bidang hortikultura adalah komoditas buah salak (Anonim, 2013). 
Komoditas buah salak belum dapat dijadikan komoditas andalan dan menjadi primadona buah nasonal, hal ini dikarenakan pada umumnya petani salak terkendala dalam sistem budidayanya dan lahan produksi yang sempit. Menurut Sari (2008) dari hasil penelitiannya menyatakan, permasalahan yang dijumpai dalam pengembangan usahatani salak pondoh yang terjadi di daerah Sleman Yogyakarta yaitu teknik budidaya yang dilakukan petani belum mampu mendukung produktivitas tanaman dan menghasilkan buah yang lebih berkualitas, perlakuan pasca panen yang masih sederhana, dan pola distribusi buah yang panjang dan tidak terorganisir. Selain itu, sebagian petani tidak menanam salak jantan di kebun mereka dikarenakan keterbatasan lahan yang sempit. Hal ini menyebabkan para petani harus membeli bunga salak jantan dan pada musim panen para petani umumnya menjual ke pedagang pengumpul desa dengan harga murah.
FAO memperkirakan kebutuhan global terhadap ikan dan produk hasil pengolahan ikan pada tahun 2015 meningkat hingga 183 juta ton. Hal ini berarti ada peningkatan yang cukup signifikan bila dibanding jumlah permintaan di tahun 1999/2000 yang mencapai 133 juta ton. Angka ini menunjukkan tingkat ketergantungan masyarakat global terhadap produk perikanan sangat tinggi, sehingga seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, tiap tahunnya permintaan terhadap produk perikanan meningkat 3,1 % (Novriadi, 2015). Namun hal ini berbanding terbalik dengan ketersediaan luas areal produksi dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, mengharuskan para pengusaha budidaya untuk mengefisienkan daya guna lahan yang terbatas. Selain itu, para pembudidaya juga harus menyediakan lapangan pekerjaan dalam usaha budidaya ikan dengan lahan terbatas untuk mengurangi jumlah pengangguran baik yang terselubung mau pun tidak. Terbatasnya lahan budidaya diperkuat oleh data berikut:
 Tabel 1. Perkembangan Luas Lahan Perikanan Budidaya, 2007 - 2011
Jenis Budidaya
2007
2008
2009
2010
2011
Kenaikan
(%)
Budidaya Air Tawar
229.063
243.313
282.681
288.375
279.867
5,35
 - Budidaya Kolam
106.776
101.813
153.316
148.278
126.382
6,97
 - Budidaya Karamba
384
213
300
637
561
24,24
 - Budidaya Jaring Apung
674
666
1.386
744
1.294
33,63
 - Budidaya Sawah
121.229
142.621
127.679
138.715
151.630
6,28
 Sumber : (Anonim, 2013)


B.  Minasalak
     Minasalak merupakan suatu konsep sistem terpadu antara kegiatan budidaya perikanan dan budidaya salak. Konsep ini sendiri menekankan pada pemanfaatan lahan secara bersama demi meningkatkan efisiensi pemanfaatan suatu lahan yang tersedia. Keuntungan satu sama lain baik secara biologis, kimiawi tanah, dan irigasinya

Gambar 1. Sistem Pertanian Budidaya Salak Terintegrasi Budiaya Perikanan
Secara biologis, lahan budidaya ikan akan menghasilkan dua limbah organik berupa feses dan residu pakan yang tidak termakan oleh ikan. Hasil metabolisme ikan terdiri dari berbagai macam unsur dan komponen organik yang secara langsung dapat menjadi pupuk alami dalam pertumbuhan tanaman salak. Sedangkan tumbuhan salak akan menjadi penyerap nutrien sekaligus menjadi filter limbah maupun hama penyakit pada ikan, sehingga kualitas air budidaya tidak mengalami penurunan. Hal tersebut secara tidak langsung akan mampu menekan biaya produksi kedua sektor tersebut, baik berupa biaya produksi pemupukan lahan salak maupun biaya produksi pengendalian kualitas air lahan budidaya ikan. Selain itu, dalam penerapan teknologi budidaya menerapkan sistem resirkulasi air tertutup dan sistem air deras. Hal ini bertujuan, untuk mencukupi kadar oksigen untuk kehidupan serta mengurangi buangan air limbah ke lingkungan. Limbah yang telah diendapkan dari hasil pengelolaan air limbah dari sistem resirkulasi ini, kemudian dipompa dan disalurkan lewat pipa penghubung untuk disiramkan ke tanaman salak sebagai bentuk pemupukan.
 
 Kesimpulan 
Dengan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagasan mengenai konsep  Minasalak merupakan gagasan yang terbentuk karena banyak fenomena permasalahan lahan budidaya pertanian dan perikanan yang semakin terbatas, kualitas komoditas buah salak yang menurun, dan upaya meningkatkan taraf hidup petani. Sebab-sebab fenomena tersebut diakibatkan karena petani buah salak dan petani budidaya ikan belum menguasai secara teknologi budidaya serta alih fungsi lahan menjadi lahan pemukiman penduduk dan lahan industri lainnya. Konsep Minasalak merupakan solusi alternatif dalam inovasi kegiatan budidaya salak dan budidaya ikan secara terpadu, dalam artikel ini digambarkan penerapannya berbentuk teknologi budidaya yaitu sistem terpadu budidaya pertanian buah salak dan budidaya perikanan.

Diposkan Oleh:
Lutfi Alfianto
12/336381/PN/13041 

DAFTAR PUSTAKA
Hardana, A. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Salak di Kota Padangsidimpuan. Tesis. Medan: Program Studi Ilmu Ekonomi, Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Medan.  
Kementrian Kelauatan dan Perikanan. (2013). Statistik Menakar Target Ikan Air Tawar Tahun 2013. Direktorat Jenderal Perikanan Perikanan Budidaya. www.djpb.kkp.go.id
Kementrian Pertanian. (2013). Rencana Kinerja Tahunan Kementrian Pertanian 2014. www.pertanian.go.id/sakip/admin/data/RKT_Kementrian.pdf
Novriadi, R. (2015): Tantangan Untuk Perikanan Budidaya. batampos.co.id
Sari, O Kumara. (2008). Studi Budidaya dan Penanganan Pasca Panen Salak Pondoh (Salacca zalacca Gaertner Voss.) di Wilayah Kabupaten Sleman. Skripsi. Bogor: Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.