Farm 4 Integrated Style
Kamis, 15 Oktober 2015
Minggu, 20 September 2015
Minasalak: Inovasi Budidaya Salak dan Budidaya Perikanan
A.
Kondisi Budidaya Salak dan Budidaya Perikanan
Pengembangan komoditas produk
hortikultura merupakan salah satu aspek pembangunan pertanian. Komoditas produk
hortikultura memiliki fungsi selain sebagai penghasil bahan pangan tetapi juga
memiliki fungsi yang lain, yaitu: sebagai fungsi penyedia pangan, fungsi
ekonomi, fungsi kesehatan dan fungsi sosial budaya (Hardana, 2012). Sesuai
Renstra Kementrian Pertanian 2010-2014, sasaran pembangunan pertanian tahun
2014, salah satunya yaitu pendapatan per kapita petani sebesar 11,10 %, dengan
Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai indikator kesejahteraan petani pada
tahun 2014 ditargetkan berkisar antara 105-110 (tahun dasar 2007=100). Pada
tahun 2013, kementrian pertanian mengambil kebijakan pembangunan pertanian
dengan fokus komoditas dan lokasi dengan pendekatan pertanian, salah satu jenis
yang dikembangkan pada komoditas strategis pada bidang hortikultura adalah komoditas
buah salak (Anonim, 2013).
Komoditas buah salak belum dapat
dijadikan komoditas andalan dan menjadi primadona buah nasonal, hal ini
dikarenakan pada umumnya petani salak terkendala dalam sistem budidayanya dan
lahan produksi yang sempit. Menurut Sari (2008) dari hasil penelitiannya
menyatakan, permasalahan yang dijumpai dalam pengembangan usahatani salak pondoh
yang terjadi di daerah Sleman Yogyakarta yaitu teknik budidaya yang dilakukan
petani belum mampu mendukung produktivitas tanaman dan menghasilkan buah yang
lebih berkualitas, perlakuan pasca panen yang masih sederhana, dan pola
distribusi buah yang panjang dan tidak terorganisir. Selain itu, sebagian
petani tidak menanam salak jantan di kebun mereka dikarenakan keterbatasan
lahan yang sempit. Hal ini menyebabkan para petani harus membeli bunga salak
jantan dan pada musim panen para petani umumnya menjual ke pedagang pengumpul desa
dengan harga murah.
FAO memperkirakan kebutuhan global
terhadap ikan dan produk hasil pengolahan ikan pada tahun 2015 meningkat hingga
183 juta ton. Hal ini berarti ada peningkatan yang cukup signifikan bila
dibanding jumlah permintaan di tahun 1999/2000 yang mencapai 133 juta ton.
Angka ini menunjukkan tingkat ketergantungan masyarakat global terhadap produk
perikanan sangat tinggi, sehingga seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk,
tiap tahunnya permintaan terhadap produk perikanan meningkat 3,1 % (Novriadi, 2015). Namun hal ini berbanding terbalik dengan
ketersediaan luas areal produksi dengan jumlah penduduk yang terus meningkat,
mengharuskan para pengusaha budidaya untuk mengefisienkan
daya guna lahan yang terbatas. Selain itu,
para pembudidaya juga harus menyediakan lapangan
pekerjaan dalam usaha budidaya ikan dengan lahan terbatas untuk mengurangi
jumlah pengangguran baik yang terselubung mau pun tidak. Terbatasnya lahan
budidaya diperkuat oleh data berikut:
Tabel 1. Perkembangan Luas Lahan
Perikanan Budidaya, 2007 - 2011
Jenis Budidaya
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
Kenaikan
(%)
|
Budidaya Air Tawar
|
229.063
|
243.313
|
282.681
|
288.375
|
279.867
|
5,35
|
- Budidaya Kolam
|
106.776
|
101.813
|
153.316
|
148.278
|
126.382
|
6,97
|
- Budidaya Karamba
|
384
|
213
|
300
|
637
|
561
|
24,24
|
- Budidaya Jaring Apung
|
674
|
666
|
1.386
|
744
|
1.294
|
33,63
|
- Budidaya Sawah
|
121.229
|
142.621
|
127.679
|
138.715
|
151.630
|
6,28
|
Sumber : (Anonim, 2013)
B. Minasalak
Minasalak merupakan suatu
konsep sistem terpadu antara kegiatan budidaya perikanan dan budidaya salak. Konsep
ini sendiri menekankan pada pemanfaatan lahan secara bersama demi meningkatkan
efisiensi pemanfaatan suatu lahan yang tersedia. Keuntungan satu sama lain baik
secara biologis, kimiawi tanah, dan irigasinya
Gambar 1. Sistem Pertanian Budidaya Salak Terintegrasi Budiaya Perikanan |
Secara
biologis, lahan budidaya ikan akan menghasilkan dua limbah organik berupa feses
dan residu pakan yang tidak termakan oleh ikan. Hasil metabolisme ikan terdiri
dari berbagai macam unsur dan komponen organik yang secara langsung dapat
menjadi pupuk alami dalam pertumbuhan tanaman salak. Sedangkan tumbuhan salak
akan menjadi penyerap nutrien sekaligus menjadi filter limbah maupun hama
penyakit pada ikan, sehingga kualitas air budidaya tidak mengalami penurunan.
Hal tersebut secara tidak langsung akan mampu menekan biaya produksi kedua
sektor tersebut, baik berupa biaya produksi pemupukan lahan salak maupun biaya
produksi pengendalian kualitas air lahan budidaya ikan. Selain itu, dalam
penerapan teknologi budidaya menerapkan sistem resirkulasi air tertutup dan
sistem air deras. Hal ini bertujuan, untuk mencukupi kadar oksigen untuk
kehidupan serta mengurangi buangan air limbah ke lingkungan. Limbah yang telah
diendapkan dari hasil pengelolaan air limbah dari sistem resirkulasi ini,
kemudian dipompa dan disalurkan lewat pipa penghubung untuk disiramkan ke
tanaman salak sebagai bentuk pemupukan.
Kesimpulan
Dengan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagasan mengenai konsep
Minasalak merupakan gagasan yang terbentuk karena banyak fenomena permasalahan
lahan budidaya pertanian dan perikanan yang semakin terbatas, kualitas
komoditas buah salak yang menurun, dan upaya meningkatkan taraf hidup petani.
Sebab-sebab fenomena tersebut diakibatkan karena petani buah salak dan petani
budidaya ikan belum menguasai secara teknologi budidaya serta alih fungsi lahan
menjadi lahan pemukiman penduduk dan lahan industri lainnya. Konsep Minasalak merupakan solusi alternatif dalam inovasi kegiatan budidaya salak
dan budidaya ikan secara terpadu, dalam artikel
ini digambarkan penerapannya berbentuk teknologi budidaya yaitu sistem terpadu budidaya pertanian buah salak dan budidaya
perikanan.
Diposkan Oleh:
Lutfi Alfianto
12/336381/PN/13041
DAFTAR PUSTAKA
Hardana, A. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Salak di Kota Padangsidimpuan. Tesis. Medan: Program Studi Ilmu
Ekonomi, Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Medan.
Kementrian Kelauatan dan Perikanan.
(2013). Statistik Menakar Target Ikan Air Tawar
Tahun 2013. Direktorat Jenderal Perikanan
Perikanan Budidaya. www.djpb.kkp.go.id
Kementrian Pertanian. (2013). Rencana Kinerja Tahunan Kementrian Pertanian
2014. www.pertanian.go.id/sakip/admin/data/RKT_Kementrian.pdf
Novriadi, R. (2015): Tantangan
Untuk Perikanan Budidaya. batampos.co.id
Sari, O Kumara.
(2008). Studi Budidaya dan Penanganan
Pasca Panen Salak Pondoh (Salacca zalacca Gaertner Voss.) di Wilayah Kabupaten
Sleman. Skripsi. Bogor: Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Langganan:
Postingan (Atom)